Minggu, 30 September 2012
Sabtu, 29 September 2012
cara penulisan karya ilmiah
Tinggal
menyempurnakan perwajahan (lay out) sebagai berikut:
1. Jenis kertas
menggunakan “A4”, bukan “letter”.
2.
Margin atas-kiri dan kanan-bawah sesuaikan dengan
petunjuk.
3.
Huruf teks inti sesuaikan dengan petunjuk.
4.
Huruf catatan kaki sesuaikan dengan petunjuk
5.
Penomoran halaman, sesuaikan dengan contoh; halaman 1
di bawah-tengah, halaman berikutnya kanan atas; posisi 3 cm; huruf times new
roman 11.
6.
Pada sampul bagian atas, ketik “PROPOSAL PENELITIAN”,
sesuai contoh.
7.
Perbaiki kata-kata yang harusnya terpisah.
8.
Jarak antara baris terakhir dan sub bab 1 kali
ketukan.
9.
Beberapa referensi model innotes masih belum
dikonversi menjadi footnotes.
10. Huruf besar dan kecil
pada sub bab harus konsisten.
Jumat, 28 September 2012
kumpulan pidato
1-
BERTAQWA DIMANA SAJA
Definisi
dari kata taqwa dapat dilihat dari percakapan antara sahabat Umar dan Ubay bin
Ka’ab ra. Suatu ketika sahabat Umar ra bertanya kepada Ubay bin Ka’ab apakah
taqwa itu? Dia menjawab; “Pernahkah kamu melalui jalan berduri?” Umar
menjawab; “Pernah!” Ubay menyambung, “Lalu apa yang kamu lakukan?”
Umar menjawab; “Aku berhati-hati, waspada dan penuh keseriusan.” Maka
Ubay berkata; “Maka demikian pulalah taqwa!”
Sedang
menurut Sayyid Qutub dalam tafsirnya—Fi Zhilal al-Qur`an—taqwa adalah kepekaan
hati, kehalusan perasaan, rasa khawatir yang terus menerus dan hati-hati
terhadap semua duri atau halangan dalam kehidupan.
Kalau
ada suatu iklan minuman ringan: “Dimana saja dan kapan saja …”, maka nasehat
Nabi SAW ini menunjukkan bahwa kita harus bertaqwa dimana saja. Sedang perintah
taqwa kapan saja terdapat dalam surat Ali Imron 102:
“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama
Islam”
Jadi
dimanapun dan kapanpun kita harus menjaga ketaqwaan kita. Taqwa dimana saja
memang sulit untuk dilakukan dan harus usaha yang dilakukan harus ekstra keras.
Akan sangat mudah ketaqwaan itu diraih ketika kita bersama orang lain, tetapi
bila tidak ada orang lain maka maksiyat dapat dilaksanakan. Sebagai contoh,
ketika kita berkumpul di dalam suatu majelis zikir, pikiran dan pandangan kita
akan terjaga dengan baik. Tetapi ketika kita berjalan sendirian di suatu tempat
perbelanjaan, maka pikiran dan pandangan kita bisa tidak terjaga. Untuk menjaga
ketaqwaan kita dimanapun saja, maka perlunya kita menyadari akan pengawasan
Allah SWT baik secara langsung maupun melalui malaikat-Nya.
2
KEBAIKAN YANG MENGHAPUSKAN KESALAHAN
Setiap
orang selalu melakukan kesalahan. Hari ini mungkin kita sudah melakukan
kesalahan baik yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari. Oleh sebab itu,
segera setelah kita melaksanakan kesalahan, lakukan kebaikan. Kebaikan tersebut
dapat menghapuskan kesalahan yang telah dilakukan.
Untuk
dosa yang merugikan diri sendiri, maka salah satu cara untuk menghapusnya
adalah dengan bersedekah. Rasulullah SAW bersabda “sedekah itu menghapus
kesalahan sebagaimana air memadamkan api”. Maka ada orang yang ketika dia
sakit maka dia akan memberikan sedekah agar penyakitnya segera sembuh. Hal ini
dikarenakan segala penyakit yang kita miliki itu adalah karena kesalahan yang
kita pernah lakukan.
Sedang
dosa yang dilakukan terhadap orang lain maka yang perlu dilakukan adalah
memohon maaf yang bagi beberapa orang sangat sulit untuk dilakukan. Padahal
Rasulullah SAW selalu minta maaf ketika bersalah bahkan terhadap Ibnu Ummi
Maktum beliau memeluknya dengan hangat seraya berkata “Inilah orangnya, yang
membuat aku ditegur oleh Allah… (QS. Abasa)”. Setelah minta maaf kemudian
bawalah sesuatu hadiah atau makanan kepada orang tersebut, maka kesalahan
tersebut insya Allah akan dihapuskan.
3-
AKHLAQ YANG TERPUJI
Akhlaq
terpuji adalah keharusan dari setiap muslim. Tidak memiliki akhlaq tersebut
akan dapat mendekatkan seseorang dalam siksaan api neraka. Dari beberapa jenis
akhlaq kita terhadap orang lain, yang perlu diperhatikan adalah akhlaq terhadap
tetangga.
“Barang
siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka jangan menyakiti
tetangganya.” (HR. Bukhari, Muslim dan Ibnu
Majah)
Dari
Abu Syuraih ra, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: “Demi Allah seseorang
tidak beriman, Demi Allah seseorang tidak beriman, Demi Allah seseorang tidak
beriman.” Ada yang bertanya: “Siapa itu Ya Rasulullah?” Jawab Nabi: “Yaitu
orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya.” (HR. Bukhari)
Dari
hadits tersebut, peringatan Allah sangat keras sampai diulangi tiga kali yaitu
tidak termasuk golongan orang beriman bagi tetangganya yang tidak aman dari
gangguannya. Maka terkadang kita perlu instropeksi dengan menanyakan kepada
tetangga apakah kita mengganggu mereka.
Sabtu, 22 September 2012
PAI
AQIDAH ISLAM
TUGAS MAKALAH
DI AJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN SEMESTER III
Mata Kuliah
Materi MA/SMA-SMK
Dosen Pembimbing
Rudi Hartono, M, Pdi.
Disusun Oleh:
KHOLILURROHIM
LULUK ISMATUL MUFIDAH
VITA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (SATAI)”AL-QOLAM”
GONDANGLEGI MALANG
2011
KATA PENGANTAR
Al-hamdulillahi Robbil alamin, segala puji syukur ke
hadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan segalanya pada kami. Dan atas
hidayahnya dan petunjuknya kami dapat menyelesaikan Makalah Semester III dengan judul : “aqidah Islam ”
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi
agung Muhammad SAW yang menuntun kita dengan ajaran agama Islam.
Makalah ini kami susun dengan harapan bisa memberikan
suatu wawasan baru dalam dunia pendidikan kita dalam menghadapi tantangan zaman
yang akan datang. Serta mohon kritik dan sarannya, karena kami sadar makalah
ini jauh dari kesempurnaan.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT, kami menyembah dan
memohon pertolongannya, semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat dalam
meningkatkan kualitas pendidikan islam yang lebih baik. Amin.
DAFTAR ISI
caver
Kata Pengantar
Daftar Isi
- pengertian aqidah islam
1.
Aqidah
Islam Sebagai Sesuatu yang di Wahyukan Oleh Allah SWT
2.
Aqidah
Islam pada Dasarnya Tidak Berbeda Dengan
Aqidah yang di Ajarakan Oleh Para Nabi /Rosul Terdahulu
3.
Aqidah
Islam Meluruskan Akidah-akidah yang Telah Telah di Selewengkan
- keistimewaan aqidah islam
a.
Aqidah
Islam Terpelihara Keasliannya
b.
Aqidah
Islam Sesuai dengan Fitrah Manusia
c.
Aqidah
Islam Sesuai Dengan Akal Manusia
- cara memeliahara aqidah islam (dalil naqli)
- ruang lingkup dan keterkaitan aqidah dengan akhlak
Penutup
Daftar Pustaka
A. PENGERTIAN AQIDAH ISLAM
Menurut
bahasa aqidatu yang jama’nya aqoiduh artunya kepercayaan, keyakinan.
Menurut
istilah aqidah islam adalah sesuatu yang di percayai dan di yakini kebenarannya
oleh hati manusia, sesua ajaran islam dengan berpedoman kepada Al-Qur’an dan
Al-Hadits (sunnah Rosul SAW)
Aqidah
islam itu meliputi
~
Kepercayaan
akan adanya Allah dan segala sifat-sifatnya.
~
Percaya
tentang alam gaib.
~
Kepercayaan
pada kitab-kitab Allah yang di turunkan kepada rosulnya.
~
Kepercayaan
kepada para Nabi dan Rosul.
~
Kepercayaan
pada hari akhir.
~
Kepercayaan
pada takdir (qdha dan qadha)Allah.
1.
Aqidah
Islam Sebagai Sesuatu yang di Wahyukan Oleh Allah SWT
Aqidah islam itu bersumber dari wahyu Allah yang di
turunkan kepada Nabi Muhammad SAW kemudian di ajarkan kepada ummatnya. Jadi
aqidah islam itu terkandung di dalam Al-Qur’an oleh karena itu dia terpelihara
kemurnianya dengan baik.
Perhatikan firman Allah SWT. Dalam Al-Qur’an, surat an
Najm. Ayat 3-4
$tBur ß,ÏÜZt Ç`tã #uqolù;$# ÇÌÈ ÷bÎ) uqèd wÎ) ÖÓórur 4Óyrqã ÇÍÈ (An Najm :3-4)
Artinya
“dan tiada yang di ucapakan itu (Al-Qur’an) menurut hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang di wahyukan
(kepadanya).” (QS. An Najm :3-4)
Dalam ayat tersebut Allah menyatakan
bahwa yang di sampaikan Nabi Muhammad itu SAW. Adalah benar wahyu dari Allah,
bukan buata atau rekayasa Nabi Muhammad SAW sendiri.
2. Aqidah Islam pada Dasarnya Tidak Berbeda Dengan Aqidah yang di Ajarakan Oleh
Para Nabi /Rosul Terdahulu
Para
Nabi dan Rosul Allah sejan Nabi Adam AS, sampai Nabi Muhammad SAW. Tidak ada
perbedaan dalam mengajar aqidah pada ummadnya, hal ini karne sumbernya sama,
yaitu berasal dari Allah SWT.
Nabi dan
Rosul bertugas menyampaikan ajaran-ajaran Allah, oleh karena sumber ajaran
yang di bawakan oleh para Nabi /Rosul
itu satu, yaitu berasal dari Allah SWT, maka isi ajaran (aqidah)
yang di ajarkan sejak Nabi Adam AS, sampani Nabi Muhammad SAW, adalah sama yaitu islam, sehinga di antara
mereka tidak ada perbedaan dalam mengajar aqidah pada ummadnya.
Allah
berfirman dalam Al-Qur’an surat Asy Syuura ayat 13 :
* tíu° Nä3s9 z`ÏiB ÈûïÏe$!$# $tB 4Ó»ur ¾ÏmÎ/ %[nqçR üÏ%©!$#ur !$uZøym÷rr& y7øs9Î) $tBur $uZø¢¹ur ÿ¾ÏmÎ/ tLìÏdºtö/Î) 4ÓyqãBur #Ó|¤Ïãur ( ÷br& (#qãKÏ%r& tûïÏe$!$# wur (#qè%§xÿtGs? ÏmÏù 4 uã9x. n?tã tûüÏ.Îô³ßJø9$# $tB öNèdqããôs? Ïmøs9Î) 4 ª!$# ûÓÉ<tFøgs Ïmøs9Î) `tB âä!$t±o üÏökuur Ïmøs9Î) `tB Ü=Ï^ã ÇÊÌÈ (Asy
Syuura ayat 13)
Artinya
:
“dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang
telah di wasiatkan-nya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan
apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu :
tegakkan-lah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya, amat berat
bagi orang-orang musyrik agama yang kamu suruh padanya, Allah menarik kepada
gama itu orang yang di kehendaki-nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-nya
orang yang kembali (kepada-nya).” (QA,Asy Syuura ayat 13)
Perbedaan
ajaran para Nabi /rosul hanya terletak pada syariat-syariatnya yang berupa
amalan berbeaan syariat itu terjadi karena adanya perbedaan-[erbedan situasi,
cara berfikir, kondisi yang ada, sesuai denga cara berfikir masyarakat pada
msanya.
3. Aqidah Islam Meluruskan Akidah-akidah yang Telah Telah
di Selewengkan
Akidah
islam yang ibawa dan ajarkan Nabi Muhammad SAW, bukan aqidah yang baru atay
nerombak aqidah yang di ajarkan para nabi / rosul terdahulu, melaikan hanya
meluruskan aqidah-aqidah yang di selewengkan oleh ummat terdahulu. Aqidah yang
di selewengkan, misalnya menyelewengkan aqidah oleh orang-orang yehudi terhadap
nabi slaiman putra daud
As.mereka menuduh bahwa nabi sulaiman menghimpun kitab
yang mengandung sihir yang di simpan nya di bawah tahananya,kemudian di
keluarkan dan di siarkan.dalam usaha mengacaukan ajaran islam (aqidah islam)orang
orang islam yahudi berusaha meyebarkan sihir
Yang mereka anggap berasal dari ajran nabi
sulaiman.sebenarya nabi sulaiman tidak mengajarkan atau mempratekan sihir.
Beliau tahu bahwa perbuatan seperti itu termasuk mengginkari tuhan. Karena
sihir itu sebenarnya adalah tipuan dan sulapan yang hanya di lakuan
Oleh setan
Usaha orang yahudi untuk mengacaukan
ajaran islam ini di bantah oleh Allah SWT.seperti yang tersebut di dalam Al
Qur’an surat Al Baqarah, Ayat 102;
(#qãèt7¨?$#ur $tB (#qè=÷Gs? ßûüÏÜ»u¤±9$# 4n?tã Å7ù=ãB z`»yJøn=ß ( $tBur txÿ2 ß`»yJøn=ß £`Å3»s9ur úüÏÜ»u¤±9$# (#rãxÿx. tbqßJÏk=yèã }¨$¨Y9$# tósÅb¡9$# !$tBur tAÌRé& n?tã Èû÷üx6n=yJø9$# @Î/$t6Î/ |Nrã»yd Vrã»tBur 4 (QS Al-Baqarah :102)
Artinya
Dan mereka
mengikuti apa yang di bawa oleh setan pada masa kerajaan sulaiman (dan mereka
mengatakan bahwa sulaiman itu mengajarkan sihir) padahal sulaiman tidak kafir (tidak
mengajarkan sihir) hanya setan-setan itu lah yang kafir (mengerjakan suhir)
mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang di turunkan kepad dua
orang malaikan di negeri babil yaitu harun dan maurut (QS. Al-Baqoroh : 102)
B. KEISTIMEWAAN AQIDAH ISLAM
a.
Aqidah
Islam Terpelihara Keasliannya
Sebagai suatu keyakinan aqidah itu tumbuh dan berurat
berakar di dalam hati, bukan pada lisan (ucapan) atau pikiran sesorang. A
adalah sebagai pondasi (dasar) bagi seeoprang untuk berucap, berfikir, dan
bertingkah laku (berbuat).
Aqidah islam tidak akan dapat di palsukan, dan
keasliannya tetap berlangsung terus sampai hari kiamat, terpeliharannya
keaslian aqidah islam ini karena bersumber kepada wahyu Allah, yaitu Al-Qur’an.
Dan Allah SWT. Telah memberikan jaminan terhadap keaslian Al-Qur’an jadi aqidah
islam ini terpelihara keasliannya karena :
1)
Terjaminnya
keaslian Al-Qur’an sebagai sumber aqidah islam.
2)
Adannya
jaminan Allah atas terpeleliharanya kemurnian Al-Qur’an (sebagai sumber
aqidah.)
3)
Terpeliharanya
Al-Qur’an oleh ummatnya dengan cara dengan menghafal dan menuliskan Al-Qur’an
sebagai aslinya.
Allah berfirman dalam
Al-Qur’an dalam surat Al Hijr ayat 9:
$¯RÎ) ß`øtwU $uZø9¨tR tø.Ïe%!$# $¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm: ÇÒÈ (QS Al Hijr : 9)
Artinya
“ sesunguhnya
kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya kami benar-benar
memeliharanya (QS. Al Hijr :9)
Terpeliharanya
keaslian Al-Qur’an juga karena Nabi Muhammad SAW. Sendiri ikut menjaga, yaitu
dengan cara melarang para sahabat menulisnya sabda-saba beliaw selama ayat-ayat
Al-Qur’an masih turun, larangan ini di maksud agar ayat Al-Qur’an tidak
tercampur dengan hadits.
b.
Aqidah
Islam Sesuai dengan Fitrah Manusia
óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $ZÿÏZym 4 |NtôÜÏù «!$# ÓÉL©9$# tsÜsù }¨$¨Z9$# $pkön=tæ 4 w @Ïö7s? È,ù=yÜÏ9 «!$# 4 Ï9ºs ÚúïÏe$!$# ÞOÍhs)ø9$# ÆÅ3»s9ur usYò2r& Ĩ$¨Z9$# w tbqßJn=ôèt ÇÌÉÈ (QS. Ar Rum : 30)
Artinya
“maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
(Allah) ; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia itu
menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang
lurus, tapi kebanyakan manusia tidah mengetahui (QS Ar Rum :30)
Manusi
di ciptakan Allah mempuayai naluri beragam yaitu agama tauhid, maka itu tidak
lah wajar, mereka tidak beragama tauhid itu akibat pengaruh lingkungan.
Jadi
jelaslah, di utusnya para rosul adalah untuk meluruskan kembali aqidah islam yang
telah di selewengkan ummat manusia. Padahal padahal mereka telah i bekali oleh
Allah SWT. Aqidah yang benar. Yaitu aqidah islam sejak sebelum di lahirkan bahkan
sejak manusia mereka berada dalam arwah.
c.
Aqidah
Islam Sesuai Dengan Akal Manusia
Aqidah islam sangat sesuai dengan akal manusia. Karena
aqidah islam ajaran yang telah berbeli-belit, tetapi mudah di terima oleh akal
manusia.
Para
nabi dan rosul mengajar pada ummat manusia bahwa tuhan itu esa, yauru Allah
SWT. Dan tidak ada tuhan selain Allah, oleh karena itu, dalam beribadahpun
hanya di tujukan kepada Allah, bukan kepada yang lain.
Firman
Allah dalam Al-Qur’an dalam surat Al Anbiya’ ayat 25
!$tBur $uZù=yör& `ÏB Î=ö6s% `ÏB @Aqߧ wÎ) ûÓÇrqçR Ïmøs9Î) ¼çm¯Rr& Iw tm»s9Î) HwÎ) O$tRr& Èbrßç7ôã$$sù ÇËÎÈ (Al Anbiya’ 25)
Artinya
“dan kami tidak mengutus seorang rosul pun sebelum kami, melaikan kami
wahyukan padanya : bahwa tidak ada tuhan (yang hak) selain aku, maka sembahlah
aku’ (QS Al Anbiya’ :25)
Selain itu islam mengajarkan bahwa para nabi dan rosul
adalah orang yang di pilih oleh Allah untuk menyampaikan ajaran-ajaran dengan
baik dan benar kepada ummad anusia, agar terwujud kedamyan dan ketentraman di
bumi. Sebagai utusan Allah mereka adalah bersifat ma’shum (terhindar
dari dosa) hal ini sangat sesuai dengan akal sehat.
C. CARA MEMELIAHARA AQIDAH ISLAM (DALIL NAQLI)
Orang muslim beriman kepada ketuhanan Allah ta’alah. Bagi
manusia sejak generasi pertama hingga terakhir, kerububiyahan-nya terehadapa
alam semesta, bahawa tidak ada pengatur dunia selain dia bahwa tidak ada tuhan
selain yang berhak di sembah kecuali dia, seorang muslim memproritaskan untuk
Allah ibadah-ibadah yang di syariatkannya kepada hamba-hambanya dan tidak
memalingkannya sedikitpun selain Allah, jika ia meminta pertolonggan, ia minta
kepada Allah, jika ia bernazar, ia tidak bernazar selain Allah, untuk Allah semua
amal perbuatan batinya seperti taku, berharap, taubat, cinta, pengangguran,
tawakkal dan amal perbuatan lahirnya seperti sholat, zakat, haji, jihat,
bersedeqoh jariah itu semua semata-mata karena Allah. firman Allah SWT
¨bÎ) ÎAx|¹ Å5Ý¡èSur y$uøtxCur ÎA$yJtBur ¬! Éb>u tûüÏHs>»yèø9$# ÇÊÏËÈ (al-an’am : 162)
Artinya
Sesungguhnya
sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku, hanyalah untuk Allah, tuhan semesta alam.” (QS, Al-An’am : 162)
Dalil naqli lainnya
yang menjelaskan tentang memelihara ikidah islam antara lain:
Firman Allah
Ta’alah
“sesungguhnya q
Allah, tida ada tuhan (yang hak ) slain aku, maka sembahlah aku dan dirikanlah
sholat untuk mengigat aku.” (QS, Thaha :14)
Sabda
Rosulullah SAW
Artinya
Sesungguhnya permintaan pertolongan itu bukan kepadaku
namun permintaan pertolongan itu kepada Allah (di riwayatkan Ath tabrani)
Dari urayan di atas maka dapat di ambil kesimpulan bahawa
utuk memelihara aqidah, kita harus:
1)
Selalu
beribadah kepada Allah SWT
2)
Selalu
bertawakal kepada Allah SWT
3)
Selalu
berharap kepada Allah SWT
4)
Selalu
meminta pertolongan kepada Allah SWT
5)
Selalu
mencari rizki yang halal dan di ridhoinya
6)
Selalu
berzikir kepada Allah SWT. Di manapun berada
7)
Menjauhkan
diri dari perbuatan maksiat.
8)
Menjauhi
diri dari perbuatan munafik dan musriq.
9)
Menyerahkan
diri sepenuhnya dalam mengarungi ehidupan ini kepada Allah penguasa alam
semesta ini.
D.
RUANG LINGKUP DAN KETERKAITAN AQIDAH DENGAN AKHLAK
Akidah atau keyakinan, di namakan juga ilmu aqa’id (ikatan
yang kokoh), karena keyakinan kepada Allah SWT. Harus merupakan ikatan yang
kokoh yang tidak boleh di lepas atu di buka begitu saja, karena bahnyanya amat
besar bagi kehidupan ummat manusia, orang yang tidak memiliki ikatan yang kokoh
dengan tuhan, meyebabkan ia dengan mudah
tergoda pada ikatan-katan lainnya yang membahayakan.
Keterkaitan aqidah dengann akhlaq
dapat di lihat melalui beberapa anlisis sebagai berikut.:
Pertama, di lihat dari segi obyek pembahasannya, aqidah
sebagaimana diuraikan di atas pembahasan masalah tuhan baik dari segi zat,
sifat dan pembuatannya. Kepercayaan yang
mantap kepada tuhan yang demikian itu, akan menjadi landasan untuk mengarahkan
amal perbuatan yang di lakukan manusia itu akan teryuju semata-mata karena
allah SWT, dengan demikian aqidah akan mengarahkan perbuatan manusia menjadi
ikhlas, dan keikhlasan ini merupakan salah satu akhaq yang mulia Allah SWT berfirman
!$tBur (#ÿrâÉDé& wÎ) (#rßç6÷èuÏ9 ©!$# tûüÅÁÎ=øèC ã&s! tûïÏe$!$# uä!$xÿuZãm (#qßJÉ)ãur no4qn=¢Á9$# (#qè?÷sãur no4qx.¨9$# 4 y7Ï9ºsur ß`Ï ÏpyJÍhs)ø9$# (QS Al-Bayyinah : 5)
Artinya
Padahl mereka
tidak di suruh, kecuali supaya meyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepadanya, dalam (menjalankan) agama dengan luas.’’ (QS Al-Bayyinah :5)
Kedua, di lihat dari segi fungsinya aqidah menghendaki agar
seseorang yang tidak hanya cukup dengan menghafal rukun yang enam dengan
dali-dailnya saja, tetapi yang terpenting adalah agar orang tang bertauhid itu
meniru dan menyontoh terhadap dalam rukun iman itu. Jika kita percaya bahwa
Allah memiliki sifat-sifat mulia, maka sebaiknya manusia yang bertauhid meniru
sifat-sifat tuhan itu. Allah SWT misalnya bersifat al roman al rahim, (maha
pengasih dan maha penyayang) maka senaiknya manusia meniru sifat tersebut
dengan mengembangkan sikap kasih sayang di muka bumi ini, demikian juga jika
Allah bersifat dengan asma’ul husnah yang jumlahnya da sebilan puluh sembilan,
maka asma’ul husna tersebut harus di peraktekkan dalam kehidupan, dengan cara
demikian beriman kepada Allah akan memberi pengaruh terhadap pembentukan akhlaq
yang mulia.
PENUTUP
Demikianlah komposisi makalah yang dapat di tulis, di
sampaikan pada teman-teman mahasiswa, dan kepada dosen.
Penyusun menyampaikan rasa
terima kasih yang takterhinga kepada teman-teman mahasiswa
Saya yakin, bahwa makalah ini msih banyak kekuranganya,
oleh karena itu, penyusun berharap keritik dan saran, khususnya dari temanteman
mahasiswa dan umumnya dari semua pembaca sehinga isi makalah ini bisa lebih
sempurn.
Akhirnya, kepada Allah lah semunya akan kembali. Dengan
iringan do’a semoga makalah ini bisa bermanfaat. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Thoyyib Sah Saputra, M,pd. Aqidah Ahlak, PT Karya
Toha Putra, Semarang 20045
Drs. H. Wahyudin,Mpd. Aqidah Ahlak, PT Karya Toha Putra,
Semarang 20045
Langganan:
Postingan (Atom)