PENGERTIAN MAHKUMFIH DAN SYARAT-SYARATNYA/MACAM-MACAM MAHKUMFIH
TUGAS MAKALAH
DI AJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN SEMESTER IV
Mata Kuliah
Ushul Al-fiqhiah
Dosen Pembimbing
H. M Hasbullah Huda, M. Ag.
Disusun Oleh:
KHOLILURROHIM
FATHUL BAHRI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (SATAI)”AL-QOLAM”
GONDANGLEGI MALANG
2012
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Pujaan dan pujian senantiasa kita lantunkan kepada sang pencipta
alam semesta, yang telah memberikan ridho-nya, sehingga kita masih di berikan
kesempatan untuk menghirup udara-nya, di beri akal fikir sehingga kita bisa
memilah dan memilih nilai-nilai peraturan dunia yang negative dan positif
sehingga nantinya kita tidak melupakan tanggung jawab sebagai hamba-nya.
Rahmat ta’dhim dan keselamatan semoga terlimpahkan kepada beliau
sang pembawa rahmatan lilalamin di muka bimu, sang pemilih syafa’at bagi
ummatnya untuk menuju syurga ilahi robbi, semoga kita terpilih sebagai ummat
yang mendapat syafa’atnya kelak di akhirat. Amin.
Makalah yang kami susun ini dengan judul “ Pengertian Mahkumfih
Dan Syarat-Syaratnya/Macam-Macam Mahkumfih”
Demikian kata pengantar kami, saran dan kritiknya yang konstruktif
selalu kami harap demi kesempurnaan makal ini dan makalah berikutnya. Tiada
kata dan harapan kecuali ucapan jazakumullah ahsanal jaza’
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Malang …../….2012
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar
Isi
BAB
I : Pendahuluan
BAB
II : Pembahasan
A.
Pengertian Mahkum Fih
B. Syarat-syarat Mahkum Fih
C.
Macam-macam Mahkum Fih
BAB III
Penutup
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Pada makalah sebelumnya kita telah mempelajari
mengenai Al Ahkam dan Al Hakim, yang mana keduanya merupakan induk dasar mengenai
adanya Mahkum Fih dan Mahkum ‘Alaihi. Pada makalah ini, akan dibahas mengenai
Mahkum Fih dan Mahkum ‘Alaihi mulai dari pengertian, syarat-syaratnya,
macam-macamnya, pembagiannya, hingga membahas mengenai dasar taklifi dan juga
syarat-syarat taklifi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Mahkum Fih
Mahkum fih ialah yang dibuat hukum, yaitu perbuatan mukallaf yang
berhubungan (sangkutan) dengan hukum yang lima, yang masing-masing ialah:
1.Yang berhubungan dengan ijab, dinamai wajib;
2.Yang berhubungan dengan nadb, dinamai mandub/sunnah;
3.Yang berhubungan dengan tahrim, dinamai haram;
4.Yang berhubungan dengan karahah, dinamai makruh;
5.Yang berhubungan dengan ibahah, dinamai mubah.[1]
B.
Syarat-syarat Mahkum Fih
Supaya sesuatu perbuatan sah ditaklifkan, ia harus memenuhi tiga
syarat :
1.
Perbuatan
itu diketahui oleh mukallaf dengan jelas, sehingga dia sanggup melakukannya
seperti yang diminta dari padanya.
2.
Harus
diketahui bahwa pentaklifan itu berasal dari orang yang mempunyai wewenang
untuk mentaklifkan dan termasuk orang yang wajib atas mukallaf mematuhi
hukum-hukumnya.
3.
Bahwa
perbuatan yang ditaklifkan itu mungkin terjadi, artinya melakukannya atau
meninggalkannya berada dalam batas kemampuan mukallaf.[2]
C.
Macam-macam Mahkum Fih
Perbuatan yang dihukumkan (Mahkum Fih) itu adalah:
1. Wajib
Perbuatan wajib, yaitu sesuatu perbuatan yang diberikan pahala bila
dikerjakan dan diberi siksa bila ditinggalkan.[3]
Contoh Wajib :
$ygr'¯»t úïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qèù÷rr& Ïqà)ãèø9$$Î/ 4 (المائدة
الاۤية ۱(
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu…… (Surat Al-Maidah, ayat 1).
Ijaab yang diperoleh dari ayat ini berhubungan dengan perbuatan
mukallaf, yaitu memenuhi aqad yang hukumnya wajib.[4]
2.Mandub
Mandub (sunnah) yaitu suatu perkara yang apabila dikerjakan
mendapat pahala dan jika ditinggalkan tidak mendapat siksa atau dosa.[5]
Contoh Mandub:
$ygr'¯»t úïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sÎ) LäêZt#ys? AûøïyÎ/ #n<Î) 9@y_r& wK|¡B çnqç7çFò2$$sù 4 )البقرة۲۸۲ (
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya.... (Surat Al-Baqarah, ayat 282) .
Nadab yang diperoleh dari ayat ini berhubungan dengan perbuatan
mukallaf, yaitu menulis hutang yang hukumnya mandub (sunat).[6]
3.Haram
Haram ialah larangan keras, jika dikerjakan berdosa dan jika
ditinggalkan mendapat pahala.[7]
Contoh Haram:
wur (#qè=çGø)s? [øÿ¨Z9$# ÓÉL©9$# tP§ym ª!$# wÎ) Èd,ysø9$$Î/ 4 (الانعام ۱۵۱(
Artinya : Dan janganlah kamu membunuh jiwa ...
(Surat Al-An’am, ayat 151).
Tahrim yang diperoleh dari ayat ini berhubungan dengan perbuatan
mukallaf, yaitu membunuh jiwa yang hukumnya haram.[8]
4. Makruh
Makruh ialah larangan yang tidak keras, jika dilanggar tidak
berdosa, tetapi kalau tidak dikerjakan mendapat pahala.[9]
Contoh Makruh:
wur (#qßJ£Jus? y]Î7yø9$# çm÷ZÏB tbqà)ÏÿYè? NçGó¡s9ur ÏmÉÏ{$t«Î/ HwÎ) br& (#qàÒÏJøóè? ÏmÏù 4 (#þqßJn=ôã$#ur ¨br& ©!$# ;ÓÍ_xî îÏJym (البقرة ۲٦٧(
Artinya: Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
menafkahkan daripadanya… (Surat Al-Baqarah, ayat 267).
Karahah yang diperoleh dari ayat ini berhubungan dengan perbuatan
mukallaf, yaitu menafkahkan harta yang buruk yang hukumnya makruh.[10]
5.Mubah
Mubah ialah sesuatu yang boleh/tidak dikerjakan. Kalau
dikerjakan/ditinggalkan tidak berpahala dan tidak berdosa, misalnya makan yang
halal, berpakaian bagus, tidur, dan sebagainya.[11]
Contoh Mubah:
`yJsù c%x. Nä3ZÏB $³ÒÍ£D ÷rr& 4n?tã 9xÿy ×o£Ïèsù ô`ÏiB BQ$r& tyzé& )البقرة
۱۸٤(
Artinya: Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari
yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain... (Surat Al-Baqarah, ayat 184).
Ibahah yang diperoleh dari ayat ini berhubungan dengan perbuatan
mukallaf, yaitu berbuka puasa dalam keadaan sakit atau dalam perjalanan, yang
hukumnya mubah.[12]
BAB III
PENUTUP
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa atas segala
bimbingan dan rahmatya selama penulis menulis
karya tulis ini. Dengan tersusunnya karya tulis ini berarti telah terpenuhi
sebagai tugas kami dalam rangka menambah nilai tugas.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih belum
sempurna dan masih banyak kekurangan-kekurangan, namun berkat bimbingan dan
pengarahan bapak/ ibu dosen serta beberapa pihak maka penyusun dapat
menuyelesaikan makalah ini dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Zainal Abidin, Ushul Fiqih, Jakarta: Bulan Bintang, 1975.
Bakry, Nazar, Fiqh &Ushul Fiqh, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2003.
Rifa’i, Moh., Ushul Fiqih, Bandung: PT Alma’arif, tt.
Hanafie, A., Ushul Fiqh, Jakarta: Widjaya Djakarta, 1965.
Khallaf, Abdul Wahhab, Ilmu Ushul Fiqh, Semarang: Dina Utama, 1994.
Http://www.scribd.com/doc/21104309/Hakim-Mahkum-Fih-Dan-Mahkum-Alaih,
diunduh pada 01-10-2011.
Readmore:http://www.abdulhelim.com/2012/04/mahkum-fih-dan-mahkum alaih.html#ixzz28M4k4vNm
[1]
Moh. Rifa’i, Ushul
Fiqih, cet. I, Bandung: PT Alma’arif, h. 19.
[2]
Zainal Abidin
Ahmad, Ushul Fiqih, cet. I, Jakarta: Bulan Bintang, 1975, h. 40-41.
[3]
http://www.scribd.com/doc/21104309/Hakim-Mahkum-Fih-Dan-Mahkum-Alaih,
diunduh pada 01-10-2011.
[4]
Zainal Abidin
Ahmad, Ushul Fiqih…, 1975, h. 38.
[5] Moh. Rifa’i, Ushul Fiqih…,
h. 20.
[6]
Zainal Abidin
Ahmad, Ushul Fiqih..., h. 38.
[7]
Moh. Rifa’i, Ushul
Fiqih…, h. 20.
[8]
Zainal Abidin Ahmad,
Ushul Fiqih..., h. 38-39.
[9] Moh. Rifa’i, Ushul Fiqih…,
h. 20.
[10]
Zainal Abidin Ahmad, Ushul
Fiqih..., h. 39.
[11] Moh. Rifa’i, Ushul Fiqih…,
h. 20.
[12]
Zainal Abidin
Ahmad, Ushul Fiqih..., h. 39