Jumat, 05 Oktober 2012

PENGERTIAN MAHKUMFIH DAN SYARAT-SYARATNYA/MACAM-MACAM MAHKUMFIH


PENGERTIAN MAHKUMFIH DAN SYARAT-SYARATNYA/MACAM-MACAM MAHKUMFIH
TUGAS MAKALAH
DI AJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN SEMESTER IV
Mata Kuliah
Ushul Al-fiqhiah
Dosen Pembimbing
H. M Hasbullah Huda, M. Ag.

Disusun Oleh:
KHOLILURROHIM
FATHUL BAHRI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (SATAI)”AL-QOLAM”
GONDANGLEGI MALANG
2012
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Pujaan dan pujian senantiasa kita lantunkan kepada sang pencipta alam semesta, yang telah memberikan ridho-nya, sehingga kita masih di berikan kesempatan untuk menghirup udara-nya, di beri akal fikir sehingga kita bisa memilah dan memilih nilai-nilai peraturan dunia yang negative dan positif sehingga nantinya kita tidak melupakan tanggung jawab sebagai hamba-nya.
Rahmat ta’dhim dan keselamatan semoga terlimpahkan kepada beliau sang pembawa rahmatan lilalamin di muka bimu, sang pemilih syafa’at bagi ummatnya untuk menuju syurga ilahi robbi, semoga kita terpilih sebagai ummat yang mendapat syafa’atnya kelak di akhirat. Amin.
Makalah yang kami susun ini dengan judul “ Pengertian Mahkumfih Dan Syarat-Syaratnya/Macam-Macam Mahkumfih”
Demikian kata pengantar kami, saran dan kritiknya yang konstruktif selalu kami harap demi kesempurnaan makal ini dan makalah berikutnya. Tiada kata dan harapan kecuali ucapan jazakumullah ahsanal jaza’
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.




                                                                                                Malang  …../….2012


                                                                                                            Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Pembahasan
A.    Pengertian Mahkum Fih
B.     Syarat-syarat Mahkum Fih
C.     Macam-macam Mahkum Fih
BAB III
Penutup
 Daftar Pustaka











BAB I
PENDAHULUAN
Pada makalah sebelumnya kita telah mempelajari mengenai Al Ahkam dan Al Hakim, yang mana keduanya merupakan induk dasar mengenai adanya Mahkum Fih dan Mahkum ‘Alaihi. Pada makalah ini, akan dibahas mengenai Mahkum Fih dan Mahkum ‘Alaihi mulai dari pengertian, syarat-syaratnya, macam-macamnya, pembagiannya, hingga membahas mengenai dasar taklifi dan juga syarat-syarat taklifi.















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Mahkum Fih
Mahkum fih ialah yang dibuat hukum, yaitu perbuatan mukallaf yang berhubungan (sangkutan) dengan hukum yang lima, yang masing-masing ialah:
1.Yang berhubungan dengan ijab, dinamai wajib;
2.Yang berhubungan dengan nadb, dinamai mandub/sunnah;
3.Yang berhubungan dengan tahrim, dinamai haram;
4.Yang berhubungan dengan karahah, dinamai makruh;
5.Yang berhubungan dengan ibahah, dinamai mubah.[1]
B.     Syarat-syarat Mahkum Fih
Supaya sesuatu perbuatan sah ditaklifkan, ia harus memenuhi tiga syarat :
1.      Perbuatan itu diketahui oleh mukallaf dengan jelas, sehingga dia sanggup melakukannya seperti yang diminta dari padanya.
2.      Harus diketahui bahwa pentaklifan itu berasal dari orang yang mempunyai wewenang untuk mentaklifkan dan termasuk orang yang wajib atas mukallaf mematuhi hukum-hukumnya.
3.      Bahwa perbuatan yang ditaklifkan itu mungkin terjadi, artinya melakukannya atau meninggalkannya berada dalam batas kemampuan mukallaf.[2]
C.    Macam-macam Mahkum Fih
Perbuatan yang dihukumkan (Mahkum Fih) itu adalah:
1. Wajib
Perbuatan wajib, yaitu sesuatu perbuatan yang diberikan pahala bila dikerjakan dan diberi siksa bila ditinggalkan.[3]
Contoh Wajib :
$ygƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qèù÷rr& ÏŠqà)ãèø9$$Î/ 4  (المائدة الاۤية ۱(
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad  itu…… (Surat Al-Maidah, ayat 1).
Ijaab yang diperoleh dari ayat ini berhubungan dengan perbuatan mukallaf, yaitu memenuhi aqad yang hukumnya wajib.[4]
2.Mandub
Mandub (sunnah) yaitu suatu perkara yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan tidak mendapat siksa atau dosa.[5]
Contoh Mandub:
 $ygƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) LäêZtƒ#ys? AûøïyÎ/ #n<Î) 9@y_r& wK|¡B çnqç7çFò2$$sù 4 )البقرة۲۸۲  (  
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.... (Surat Al-Baqarah, ayat 282) .
Nadab yang diperoleh dari ayat ini berhubungan dengan perbuatan mukallaf, yaitu menulis hutang yang hukumnya mandub (sunat).[6]
3.Haram
Haram ialah larangan keras, jika dikerjakan berdosa dan jika ditinggalkan mendapat pahala.[7]
Contoh Haram:
Ÿwur (#qè=çGø)s? š[øÿ¨Z9$# ÓÉL©9$# tP§ym ª!$# žwÎ) Èd,ysø9$$Î/ 4 (الانعام ۱۵۱(
Artinya : Dan janganlah kamu membunuh jiwa ... (Surat Al-An’am, ayat 151).
Tahrim yang diperoleh dari ayat ini berhubungan dengan perbuatan mukallaf, yaitu membunuh jiwa yang hukumnya haram.[8]
4. Makruh
Makruh ialah larangan yang tidak keras, jika dilanggar tidak berdosa, tetapi kalau tidak dikerjakan mendapat pahala.[9]
Contoh Makruh:
Ÿwur (#qßJ£Jus? y]ŠÎ7yø9$# çm÷ZÏB tbqà)ÏÿYè? NçGó¡s9ur ÏmƒÉÏ{$t«Î/ HwÎ) br& (#qàÒÏJøóè? ÏmÏù 4 (#þqßJn=ôã$#ur ¨br& ©!$# ;ÓÍ_xî îŠÏJym (البقرة ۲٦٧(
Artinya: Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya… (Surat Al-Baqarah, ayat 267).
Karahah yang diperoleh dari ayat ini berhubungan dengan perbuatan mukallaf, yaitu menafkahkan harta yang buruk yang hukumnya makruh.[10]
5.Mubah
Mubah ialah sesuatu yang boleh/tidak dikerjakan. Kalau dikerjakan/ditinggalkan tidak berpahala dan tidak berdosa, misalnya makan yang halal, berpakaian bagus, tidur, dan sebagainya.[11]
Contoh Mubah:
`yJsù šc%x. Nä3ZÏB $³ÒƒÍ£D ÷rr& 4n?tã 9xÿy ×o£Ïèsù ô`ÏiB BQ$­ƒr& tyzé&    )البقرة ۱۸٤(
Artinya: Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain... (Surat Al-Baqarah, ayat 184).
Ibahah yang diperoleh dari ayat ini berhubungan dengan perbuatan mukallaf, yaitu berbuka puasa dalam keadaan sakit atau dalam perjalanan, yang hukumnya mubah.[12]











BAB III
PENUTUP
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa atas segala bimbingan dan rahmatya selama penulis menulis  karya tulis ini. Dengan tersusunnya karya tulis ini berarti telah terpenuhi sebagai tugas kami dalam rangka menambah nilai tugas.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna dan masih banyak kekurangan-kekurangan, namun berkat bimbingan dan pengarahan bapak/ ibu dosen serta beberapa pihak maka penyusun dapat menuyelesaikan makalah ini dengan baik.














DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Zainal Abidin, Ushul Fiqih, Jakarta: Bulan Bintang, 1975.
Bakry, Nazar, Fiqh &Ushul Fiqh, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003.
Rifa’i, Moh., Ushul Fiqih, Bandung: PT Alma’arif, tt.
Hanafie, A., Ushul Fiqh, Jakarta: Widjaya Djakarta, 1965.
Khallaf, Abdul Wahhab, Ilmu Ushul Fiqh, Semarang: Dina Utama, 1994.
Http://www.scribd.com/doc/21104309/Hakim-Mahkum-Fih-Dan-Mahkum-Alaih, diunduh pada 01-10-2011.
Readmore:http://www.abdulhelim.com/2012/04/mahkum-fih-dan-mahkum alaih.html#ixzz28M4k4vNm


[1] Moh. Rifa’i, Ushul Fiqih, cet. I, Bandung: PT Alma’arif, h. 19.
[2] Zainal Abidin Ahmad, Ushul Fiqih, cet. I, Jakarta: Bulan Bintang, 1975, h. 40-41.
[3] http://www.scribd.com/doc/21104309/Hakim-Mahkum-Fih-Dan-Mahkum-Alaih, diunduh pada 01-10-2011.
[4] Zainal Abidin Ahmad, Ushul Fiqih…, 1975, h. 38.
[5] Moh. Rifa’i, Ushul Fiqih…, h. 20.
[6] Zainal Abidin Ahmad, Ushul Fiqih..., h. 38.
[7] Moh. Rifa’i, Ushul Fiqih…, h. 20.
[8] Zainal Abidin Ahmad, Ushul Fiqih..., h. 38-39.
[9] Moh. Rifa’i, Ushul Fiqih…, h. 20.
[10] Zainal Abidin Ahmad, Ushul Fiqih..., h. 39.
[11] Moh. Rifa’i, Ushul Fiqih…, h. 20.
[12] Zainal Abidin Ahmad, Ushul Fiqih..., h. 39